Minggu, 21 Maret 2010

Makna Cinta Sejati

(dikutip dari gielardino.wordpress.com)

“Tiada hari tanpa ngobrolin cinta…”

Betul itu, tidak salah. Setiap hari dan setiap saat semua orang di dunia ini tak pernah berhenti-henti membicarakan masalah yang berkaitan dengan cinta.

Dalam kehidupan manusia, cinta sering menampakkan diri dalam berbagai bentuk. Kadang-kadang seseorang mencintai dirinya sendiri, kadang-kadang mencintai orang lain. Cinta pada diri sendiri membuat seseorang akan mampu menjaga dirinya. Bayangkan kalau seseorang tidak mencintai diri sendiri, pasti ia takkan peduli dengan kondisi dirinya. Kalau ia sudah mencintai diri sendiri, akan muncul dorongan sebaliknya, yaitu membenci segala sesuatu yang dapat memadorotkan dirinya. Namun yang patut diingat adalah cinta pada diri sendiri pun harus diimbangi dengan bentuk-bentuk cinta pada yang lain.

Lalu Cinta itu sendiri apa?

Menurut pandangan umum, Cinta adalah sebuah perasaan ingin membagi secara bersama-sama atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain baik berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apa saja yang diinginkan objek tersebut.

Tapi menurut saya, Cinta itu pada dasarnya adalah untuk saling menyelamatkan, saling melindungi dan membahagiakan diri. Jika kita mencintai diri atau pun orang lain dengan sepenuh hati, itu artinya kita menggantungkan diri pada makhluk yang dengan berbagai kelemahannya belum tentu dapat memberikan semua kebahagiannnya. Oleh karena itu, cinta yang sepenuh hati hanya patut kita berikan pada Sang Khalik yang sudah pasti memberikan respon yang dapat menentramkan hati, karena Dia pasti akan memberikan balasan setimpal bahkan lebih daripada yang kita berikan kepada-Nya.

Firman-Nya ada dalam sebuah hadist qudsi, “Jika dia (hamba-Ku) mendekat kepadaku sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mendekat kepada-Ku sedepa, Aku akan mendekatinya sehasta, jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari.”

Mungkin kita beralasan bahwa respon dari sesama makhluk itu dapat terlihat, sedangkan respon dari-Nya tidak bisa terlihat. Misal, kalau kita tertawa kepada seseorang, kita bisa langsung melihat responnya, apakah ia membalas tertawa ataukah malah cemberut.

Well…

Respon dari Allah memang tak dapat terlihat secara kasat mata, namun dapat dirasakan. Nah, untuk dapat merasakannya tentunya seorang hamba mesti benar-benar tulus dalam mencintai-Nya. Sepanjang cinta kita pada-Nya masih terkalahkan oleh cinta kita pada hal-hal lain selain diri-Nya, tentu kita akan sangat sulit merasakan respon itu. Selain itu, kalau yang menjadi ukuran adalah hal-hal yang kasat mata saja, sangat mungkin apa-apa yang terlihat itu sangat bertolak belakang dengan apa yang ada di dalam hati atau pikiran. Contohnya saja saat kita tersenyum pada seseorang dan orang lain pun tersenyum, apa kita bisa memastikan bahwa senyumnya itu pun benar-benar tulus? Atau jangan-jangan di balik senyumnya itu dia sangat membenci kita, senyumnya hanya sekedar lips service semata. Sungguh, kita betul-betul tidak tahu apa yang sesungguhnya berada di balik respon yang ditampakkan seseorang. Seperti kata pepatah bilang, “Dalamnya lautan kan kuselami, hati orang siapa yang tahu”.

Sedangkan Allah, Ia Maha Tahu sejauh mana kadar cinta seorang manusia pada diri-Nya. Bahkan, Ia pun tahu sangkaan tiap-tiap hamba-Nya pada diri-Nya. Jadi, respon yang kasat mata tidaklah dapat dijadikan ukuran. Hakikat yang sebenarnya adalah di dalam hati, sesuatu yang amat halus dan lembut, abstrak, tidak berupa dan tidak dapat diraba. Segala tindakan yang dilakukan akan terasa lebih indah bila dilakukan dengan hati. Lain lagi ceritanya kalau hanya dilakukan karena dorongan fisiologis semata.

Misalnya saja dalam urusan seks. Kalaulah seseorang melakukan aktivitas seksual hanya sebatas pada kenikmatan, apa bedanya dengan hewan? Dalam kondisi atau dengan cara apapun, aktivitas seksual seperti itu dapat dilakukan dan pasti melahirkan kenikmatan. Namun, apakah kita, yang mengaku sebagai makhluk yang paling sempurna ternyata bisanya hanyalah mengejar kenikmatan belaka? Bukankah semestinya kita membuktikan bahwa diri kita benar-benar makhluk yang mulia, sehingga kita tidak memahami cinta hanya sebatas nafsu saja, namun lebih dari itu, yaitu menggapai cinta yang diridoi Allah, yaitu cinta yang lahir dari dalam nurani.

Sauh pun tertancap di dasar samudera, kokoh dan lepas dari keangkuhan. Seperti itulah hakikat cinta. Namun, kadang ia tergadai dalam sikap egois yang terpasung nafsu.

Saat aku melihat di jalanan ada dua bocah ABG yang sedang asyik-asyiknya bercanda dan tertawa dengan mesra dibawah remang-remang lampu taman yang berpendar, seolah-olah dunia milik mereka berdua. Mereka benar-benar mengingatkanku pada masa lalu. Jujur aku akui, dulu, walaupun saat ini aku terbilang masih muda tapi diri ini sudah cukup banyak mereguk berbagai pengalaman tentang asem-manis-pahitnya cinta. Mulai dari main mata, lirik sana lirik sini, kenalan, pacaran, seterusnya dan seterusnya. Maka aku dapat mengambil kesimpulan, kadang manusia itu seperti hewan, cinta hanya digunakan untuk menipu, hanya untuk sekadar memenuhi bisikan setan yang ngakak puas dengan akal bulusnya yang diikuti mereka. Setelah pengalaman yang aku alami selama ini, pantaslah hatiku mendesis pada mereka, “Kasihan, pastilah tak terpikir oleh mereka tentang getirnya sebuah pengkhianatan.” Dan pastilah mereka sudah beranggapan bahwa yang mereka rasakan sekarang adalah yang disebut dengan cinta.

Kita tentu tahu, cinta zaman sekarang sudah dibentuk oleh opini media massa, acara televisi contohnya, mulai model cintanya orang-orang Barat hingga roman picisan yang dikemas dalam bentuk sinetron, sineTV, FTV atau apa pun lah namanya. Ah, itu semua ternyata hanyalah kamuflase belaka. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, berbagai acara itu telah mengajarkan kita tentang cinta yang semu. Dan anehnya, orang selalu mengikuti setiap pesan tanpa berpikir panjang apakah pesan itu positif atau negatif untuk dirinya. Atau mungkin kita terlalu dungu, tidak mengerti sebuah trik dari sekelompok orang dibalik layar yang membuat skenario semua ini. Ah, wajarlah kalau para remaja mudah sekali mereka jadikan sebagai objek. Dan memang luar biasa sekali pengaruh media massa, begitu mudah mengubah perilaku orang.

Begitulah realita cinta yang saya saksikan kini. Kalau selama ini kita selalu patuh terhadap pesan cinta yang ditampilkan oleh si om sutradara, kenapa kita tak mencoba patuh kepada pesan cinta dari Sang Maha Sutradara. Kalau kita mencintai seseorang, cintailah dia ala kadarnya. Karena bisa jadi ia membenci kita. Kalau kita membenci seseorang, bencilah dia ala kadarnya. Karena bisa jadi ia mencintai kita. Jadikanlah cinta untuk mendapatkan ridho-Nya, dan janganlah kita mencari cinta untuk mendapatkan kenikmatan sesaat yang menyesatkan.

Tak ada yang kebetulan di dunia ini. Semuanya berjalan atas rencana dan pengetahuan Allah. Bahkan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya. Berbicara cinta, artinya berbicara keyakinan. Lantunan cinta, adalah tembang pengorbanan seorang hamba dalam lingkup Sang Khalik, yang menumbuhkan ketegaran dan daya juang yang tinggi. Hingga saat cinta terkhianati, tak berujung putus asa atau penyesalan. Dan bila cinta terjawab, Rindu Ilahi pun kan selalu menyertai.

Jadi, makna cinta sejati, sederhananya, menurut saya adalah cinta terhadap seseorang yang didasari atas kecintaan yang sama terhadap Allah SWT, bukan karena si dia cakep, cantik, tajir, pinter, dan semua objek fisiologis lainnya. Itu semua hanyalah opsional. Sebab, cinta yang berasal dari satu keyakinan akan timbul sebuah kepercayaan, dari sebuah kepercayaan lahirlah kesetiaan dan dari kesetiaan maka itulah yang disebut dengan cinta sejati.

Minggu, 28 Februari 2010

Sentuhan Kecil Bermakna Besar

KOMPAS.com - Para ahli sejak lama telah mengetahui komunikasi non verbal seperti intonasi suara dan ekspresi wajah merupakan penyampai pesan emosi yang baik. Suara yang hangat, ketus dan bahasa non verbal lain, bahkan memiliki makna yang sama secara universal.

Namun selama beberapa tahun terakhir ini para ahli mulai fokus pada bentuk komunikasi yang lain, yakni sentuhan fisik. Sentuhan sekilas, seperti tepukan di pundak atau saling menepuk tangan seperti tos, lebih efektif untuk mengomunikasikan berbagai bentuk emosi lebih dari ekspresi atau bahasa tubuh. Bahkan, sentuhan fisik sekilas ini bisa lebih akurat sebagai penyampai pesan daripada kata-kata.

"Ini adalah bahasa pertama yang kita pelajari. Bahkan bentuk komunikasi ini lebih efektif untuk mengekspresikan emosi," kata Dacher Keltner, ahli psikologi dari University of California, Berkeley, Amerika Serikat.

Berbagai penelitian menunjukkan, sentuhan fisik lebih efektif untuk mengubah pola pikir dan perilaku seseorang. Studi menyebutkan, murid yang mendapat sentuhan suportif di pundak dari gurunya, lebih bersemangat untuk aktif di kelas dibanding rekannya.

Sementara itu sentuhan simpatik dari dokter pada pasiennya disebutkan membuat pasien lebih lama berkunjung dan berkonsultasi pada dokternya. Penelitian yang dilakukan oleh pakar dari Touch Research Institute di Miami menunjukkan, sentuhan kecil dari orang yang dicintai membuat pasien yang depresi lebih bersemangat.

Dalam beberapa seri penelitian yang dilakukan oleh Matthew Hertenstein, psikolog dari University of Indiana, para responden diminta menyampaikan delapan jenis emosi, mulai dari rasa penghargaan hingga benci. Akan tetapi komunikasi hanya boleh dilakukan dengan cara menyentuh orang yang tidak dikenalnya. Ternyata, 70 persen responden mampu menyampaikan emosi secara akurat.

Dalam dunia olahraga, penelitian menunjukkan, tim yang bermain bagus cenderung lebih banyak melakukan sentuhan fisik kepada rekan satu timnya dibanding tim yang bermain buruk. "Sentuhan fisik akan menguatkan ikatan antar anggota tim," kata Michael W.Kraus, dalam laporannya yang dimuat di jurnal Emotion.

Para ahli mengatakan, sentuhan hangat punya makna positif dalam berbagai bidang. Bagi para atlet, hal itu akan meningkatkan performa di lapangan, sementara di kantor akan mengurangi stres. Sentuhan hangat membuat otak mengeluarkan hormon oksitoksin yang memberi sensasi rasa percaya dan mengurangi hormon stres.

Jumat, 12 Februari 2010

Delapan Khasiat Minum Kopi


MINUM kopi saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup sebagian orang. Kedai-kedai kopi kini banyak dijumpai di sederet jalan dan mal-mal hampir setiap hari kedai itu dipenuhi para penggemar minuman hitam pekat ini.

Banyak orang mengira, minum kopi rentan dengan beragam penyakit tapi ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya benar. Tanaman Coffea L ini mampu menangkan sejumlah penyakit berat sekaligus.
Tak hanya sebagai obat untuk mengatasi ngantu, seperti dikutip indofamilyhealth.com, kopi juga mampu mengurangi sakit ringan hingga sakit berat seperti diabetes, kanker kolon, sirosis atau kerusakan hati, batu empedu.

Diabetes
Menurut Para peneliti di Harvard, mengkonsumsi enam cangkir kopi atau lebih setiap harinya dapat mengurangi resiko diabetes. 54 persen bagi pria, dan 30 persen bagi wanita.

Penelitian lainnya yang dimuat dalam American Journal of Epidemiology menunjukkan konsumsi empat cangkir atau lebih per harinya pada lansia memiliki resiko DIabetes tipe 2 lebih rendah dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi kopi.

Karena selain mengandung kafein, kopi juga mengandung antioksidan, dan mineral yang meningkatkan sensitifitas insulin dan metabolisme glukosa.

Kanker Kolon, kanker hati dan Sirosis Hati
Dua cangkir kopi sehari dapat menurunkan resiko kanker kolon sebanyak 25 persen, dan sirosis hati sebesar 80 persen.

Antoksidan yang terkandung di dalam kopi dapat membantu melindungi sel dari radikal bebas yang seringkali dikaitkan dengan kanker dan kelainan otak degeneratif.

Dr Francesca Bravi dari Italia menemukan bahwa peminum kopi menikmati 41 persen pengurangan resiko HCC (Hepatocellular Carcinoma) atau kanker hati, dibanding dengan mereka yang tidak pernah mengkonsumsi kopi.

Batu empedu
Kopi meningkatkan aliran empedu dan mencegah kristalisasi empedu. Dua cangkir satu hari dapat mengurangi resiko batu empedu sebesar 50 persen.

Jantung
Kopi juga dapat melindungi peminumnya dari serangan jantung. Penelitian yang dilakukan di Harvard menunjukkan wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir atau lebih setiap minggunya mampu mengalami penurunan resiko serangan jantung sebesar 32 persen dibandingkan dengan wanita yang mengkonsumsi kurang dari 4 cangkir setiap minggunya.

Sakit kepala

Satu dosis obat penawar sakit megandung 120 miligram kafein, sama seperti jumlah yang ditemukan dalam secangkir kopi. Kafein ditambahkan pada obat penawar sakit karena bisa meningkatkan penyerapan dalam peningkatan efek penghilang sakit. Kafein juga membatasi pembesaran pembuluh darah ke kepala, yang dapat menyebabkan migran.

Gigi rusak
Komponen yang memberi kopi aroma dan rasa pahit, yaitu Trigonelline, diakui para peneliti Italia memiliki zat anti bakeri dan anti lekat yang menceah gigi berlubang.

Stamina tubuh
Kafein memberi signal pada otak dan sistem syaraf untuk melakukan hal-hal secara berbeda. Penelitian menunjukkan dua cangkir kopi sanggup membangun stamina tubuh.

Konstipasi
Kopi cenderung mempercepat proses pengosongan perut sehingga masalah sembelit dapat teratasi.

Walaupun kopi memiliki banyak manfaat, kopi dikenal dapat meningkatkan kegelisahan. Dosis konsumsi yang terlalu banyak tidak bisa diterima semua orang. Selain itu, tingkat keasaman kopi yang tinggi dapat merangsang pengeluaran asam lambung berlebih. kopi ternyata tak hanya menjadi kesenangan atau menjadi minuman favorit sebagian orang untuk menjalani hari. (cr1)